Selasa, 15 April 2014

Fiksi Mini #22

- Hanya Isi Kepala –
“Ritual apa itu?”,
“Entahlah... aku ikuti saja” Jawabnya,
seolah-olah keyakinan itu hanyalah isi kepala.

- Iman Mulut Saja –
“Sebagaimana Syahadat yang setiap waktu kita baca!,
Manis di mulut saja, tetapi hati kita masih pahit menelannya”.
Serontak semua mulut santri membeku, mendengar dawuh Kyai.

- Tangan Tak Berakal –
 Lalu preman itu memasukkan gelang emas ke dalam kotak amal masjid,
Dan segera beranjak lari dari kejaran masa.

- Hakikat Tunarungu Majazi –
Panggilan adzan subuh di kumandangkan, Ia ambil sarung, peci dan baju koko.
Lalu ia pakai sebagai bantal, penutup mata dan telinga juga penghangat badan.

- Si Lidah Arab Bertuankan Si Hati Lalai –
‘Shodaqallaahul adzim’, ia tutup Qira’ahnya yang fasikh,
Lantas setelah adzan di kumandangkan ia keluar dari masjid,
Dan duduk di pendopo mengulur waktu sholat.

-  Kepala Kecil Bertubuh Hitam  -
Gembong segala jenis dunia hitam itu mulai berjalan mengelilingi kawasannya,
dengan berbagai bekas aroma nafsu di tubuhnya
ia menyapa siapa saja dengan ramah dan rendah hati.

- Lain Di Mulut, Lain Di Pantat –
“Alhamdulillah, kamu beli baru ya Jeng...”, 
puji syukur mulutku di depan kebahagianya.
Kemudian saat memantatinya hatiku pun mengumpat tegas.


- Cermin Kumuh Putriku –
“Apa yang kamu lihat di cermin Nak?”,
“Aku melihat diriku Bu, seperti ******, cantik dan di kenal banyak orang”.
Sepertinya cermin putriku perlu di bersihkan.
Dan kenapa mesti pelacur yang ia jadikan figur?, gumamku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar