- Hanya Isi Kepala –
“Ritual apa itu?”,
“Entahlah... aku ikuti saja” Jawabnya,
seolah-olah keyakinan itu hanyalah isi kepala.
- Iman Mulut Saja –
“Sebagaimana Syahadat yang setiap waktu kita baca!,
Manis di mulut saja, tetapi hati kita masih pahit menelannya”.
Serontak semua mulut santri membeku, mendengar dawuh Kyai.
- Tangan Tak Berakal –
Lalu preman itu memasukkan gelang emas
ke dalam kotak amal masjid,
Dan segera beranjak lari dari kejaran masa.
- Hakikat Tunarungu Majazi –
Panggilan adzan subuh di kumandangkan, Ia ambil sarung, peci dan baju koko.
Lalu ia pakai sebagai bantal, penutup mata dan telinga juga penghangat
badan.
- Si Lidah Arab Bertuankan Si Hati Lalai –
‘Shodaqallaahul adzim’, ia tutup Qira’ahnya yang fasikh,
Lantas setelah adzan di kumandangkan ia keluar dari masjid,
Dan duduk di pendopo mengulur waktu sholat.
- Kepala Kecil
Bertubuh Hitam -
Gembong segala jenis dunia hitam itu mulai berjalan mengelilingi
kawasannya,
dengan berbagai bekas aroma nafsu di tubuhnya
ia menyapa siapa saja dengan ramah dan rendah hati.
- Lain Di Mulut, Lain Di Pantat –
“Alhamdulillah, kamu beli baru ya Jeng...”,
puji syukur mulutku di depan kebahagianya.
Kemudian saat memantatinya hatiku pun mengumpat tegas.
- Cermin Kumuh Putriku –
“Apa yang kamu lihat di cermin Nak?”,
“Aku melihat diriku Bu, seperti ******, cantik dan di kenal banyak orang”.
Sepertinya cermin putriku perlu di bersihkan.
Dan kenapa mesti pelacur yang ia jadikan figur?, gumamku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar