Sabtu, 11 Oktober 2014

Cerpen ~ Si Pengajak Sholat


  Si Pengajak Sholat
Subuh lalu, "Sholatlah, sebelum kau disholati", ujarnya manis didepan kami. Ada yang terbangun seraya mengangguk, pura-pura tuli sambil garuk-garuk, dan juga ada yang ngoceh sambil mengantuk. "Sholat saja sendiri!".
***
Dhuhur kemudian, "Sholat itu hukum waaaajibbe'". Tuturnya dengan fasih, tampak hempasan angin kecil keluar dari mulutnya. Ada yang langsung beranjak sholat, menunggu jarum jam pindah ke angka selanjutnya, dan ada pula menyahut "Ah, nanti saja!".  
***
Ashar pun datang, "Hal pertama yang ditanyakan kelak saat kalian wafat, adalah sholat". Kali ini kalimatnya menakut-nakuti, raut wajahnya pun gelisah. Tampaknya ada yang semakin bergegas untuk sholat, dan juga ada yang sholat tapi dengan berat hati. Sebagian lagi malah menjauh dan mengoceh pedas seakan mulutnya menyemburkan api. "Sok tahu, kayak yang udah pernah mati saja!".
***
Maghrib pun menjenguk, "Orang yang tidak sholat, halal untuk dibunuh". Katanya lantang, tapi hanya bergema dalam satu ruangan. Yang mendengarkan sambil terkejut, spontan mengajak berjamaah. Yang merasa takut, sibuk mengutuk dan menyalahkan dirinya sendiri. Sedangkan yang lain, mundur pelan-pelan ba' dimakan kabut.
***
Dan pada akhirnya isya' pun menyusul. "Sholat isya' & subuh itu berat bagi orang munafik", tanpa bertujuan menyindir siapa saja. Lalu mereka mencerna kalimat itu baik-baik sebelum memulai takbir. Sedangkan yang ada didekatnya berujar "Aku tidak punya wudhu, sholat nanti saja, sekalian sholat tahajjud". "Udah ambil wudhu sana, alasan saja kamu!", ketus salah satu meraka, yang tiba-tiba muncul. Entah dari tadi kemana.

Si pengingat sekaligus pengajak sholat pun tersenyum, ia terlentang diatas kasur empuk didalam sebuah ruangan bersih; sepertinya malaikat langit sering mampir kesitu.
Si pengingat dari tadi subuh hingga isya' hanya mengingatkan dan mengajak sholat. Sedangkan ia sendiri terlentang, terlentang sakit. Katanya, ia sedang terkena penyakit yang rentan diusia tua.
***
Tepatnya sepertiga malam merayu, si pengingat pun kedatangan tamu mendadak. Kemudian tamu tersebut mengajaknya untuk meninggalkan ruangan, dan tak usah kembali. Sepertinya itu menjadi tanda, jika si pengingat akan sembuh dari sakitnya, bisa jadi juga ia tidak akan pernah sakit lagi. Ia tak bisa menolak dan akhirnya ikut dengan mata terbelalak. "Innalillahi Wa Innaa Ilaihi Raaji'un", ujar mereka -diingatkan sholat- bersamaan.

Ditulis ~ 12 Oktober 2014, minggu pagi.