Si Pengajak Sholat
Subuh lalu,
"Sholatlah, sebelum kau disholati", ujarnya manis didepan kami. Ada yang terbangun seraya mengangguk, pura-pura tuli sambil
garuk-garuk, dan juga ada yang ngoceh sambil mengantuk. "Sholat saja
sendiri!".
***
Dhuhur
kemudian, "Sholat itu hukum waaaajibbe'". Tuturnya dengan fasih,
tampak hempasan angin kecil keluar dari mulutnya. Ada yang langsung beranjak sholat, menunggu jarum jam pindah ke
angka selanjutnya, dan ada pula menyahut "Ah, nanti saja!".
***
Ashar pun
datang, "Hal pertama yang ditanyakan kelak saat kalian wafat, adalah
sholat". Kali ini kalimatnya menakut-nakuti, raut wajahnya pun gelisah. Tampaknya ada yang semakin bergegas untuk
sholat, dan juga ada yang sholat tapi dengan berat hati. Sebagian lagi malah
menjauh dan mengoceh pedas seakan mulutnya menyemburkan api. "Sok tahu, kayak yang udah pernah mati
saja!".
***
Maghrib pun
menjenguk, "Orang yang tidak sholat, halal untuk dibunuh". Katanya
lantang, tapi hanya bergema dalam satu ruangan. Yang mendengarkan sambil terkejut, spontan mengajak berjamaah. Yang
merasa takut, sibuk mengutuk dan menyalahkan dirinya sendiri. Sedangkan yang lain, mundur
pelan-pelan ba' dimakan kabut.
***
Dan pada
akhirnya isya' pun menyusul. "Sholat isya' & subuh itu berat bagi
orang munafik", tanpa bertujuan menyindir siapa saja. Lalu mereka mencerna
kalimat itu baik-baik sebelum memulai takbir. Sedangkan yang ada didekatnya
berujar "Aku tidak punya wudhu, sholat nanti saja, sekalian sholat tahajjud". "Udah ambil wudhu sana, alasan saja
kamu!", ketus salah satu meraka, yang tiba-tiba muncul. Entah dari tadi kemana.
Si pengingat
sekaligus pengajak sholat pun tersenyum, ia terlentang diatas kasur empuk
didalam sebuah ruangan bersih; sepertinya malaikat langit sering mampir kesitu.
Si pengingat dari tadi subuh hingga isya' hanya mengingatkan dan mengajak sholat. Sedangkan ia sendiri terlentang, terlentang sakit. Katanya, ia sedang terkena penyakit yang rentan diusia tua.
Si pengingat dari tadi subuh hingga isya' hanya mengingatkan dan mengajak sholat. Sedangkan ia sendiri terlentang, terlentang sakit. Katanya, ia sedang terkena penyakit yang rentan diusia tua.
***
Tepatnya
sepertiga malam merayu, si pengingat pun kedatangan tamu mendadak. Kemudian
tamu tersebut mengajaknya untuk meninggalkan ruangan, dan tak usah kembali. Sepertinya itu menjadi tanda, jika si
pengingat akan sembuh dari sakitnya, bisa jadi juga ia tidak akan pernah sakit
lagi. Ia tak bisa menolak dan akhirnya ikut dengan mata terbelalak.
"Innalillahi Wa Innaa Ilaihi Raaji'un", ujar mereka -diingatkan sholat- bersamaan.
Ditulis ~ 12 Oktober 2014, minggu
pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar