Kamis, 04 Januari 2018

Sebuah Impian Fotografis


Saya pernah salah memandang konsep seni fotografi, saya juga pernah tergiur oleh rayuan kemaruk fotografi yang bersumber dari mata dan cahaya orang-orang Barat. Saya berasumsi, bagi mereka ekses fotografi adalah sebuah medium kebebasan. Ekses fotografi adalah metaseni yang mampu menembus segala dinding setiap aturan dan 'sesuatu' yang dianggap tabu. 

Sejak awal kali meminati dunia fotografi sampai tiba saat mempraktikannya saya selalu dilanda perasaan waswas. Bagaimana mungkin menyaksikan sebuah adegan yang menampilkan lakuan hewani dengan bantuan cahaya yang begitu silau di dalam potongan waktu itu disebut keindahan fotografi?. 

Saat menatap hasil potret itu mata saya seperti kelilipan nanah. Benar, ada yang salah dari cara pandang fotografi saya. 

Mengingat nama seorang ulama', saintis muslim, Ibnu Al-Haitham, Sang Bapak Optik. Apa iya beliau menyepakati konsep fotografi model demikian?. Jelas, mana mungkin seorang ulama' mengesahkan perkara batil (amoral). 

Sekali lagi, saya mencari nama-nama pemotret muslim untuk menyembuhkan perasaan waswas saya. Lalu saya berhasil menemukan beberapa nama salah satu di antaranya adalah Peter Sanders, beliau Raja Fotografi; seorang pemotret internasional yang mualaf. Saya amati setiap karyanya, dan ternyata benar. 

Konsep fotografi tidak seribet dan sesuai standar pola pandang pemotret orang-orang Barat yang sangat jauh dari nilai-nilai keindahan secara hakikatnya. 

Dengan menggunakan kacamata ilmu filsafat Islam merujuk pada teori Syed Naquib Al-Attas (Sang Neo-Ghazalian), saya menekankan kepada diri saya sendiri. 

Di dalam ekses fotografi, (pandangan) mata adalah nomor satu, nomor selanjutnya adalah cahaya. Karena fotografi tidak akan tercipta tanpa adanya mata yang telah dianugerahkan oleh Sang Maha Melihat kepada para hamba yang pemotret.


Saya berandai-andai suatu saat saya akan menyaksikan sebuah mahakarya foto yang diciptakan oleh seorang pengamal kitab Sullam Taufiq. Kitab yang berisikan tuntunan sangat indah, salah satu babnya berisikan nasihat serta cara menjaga mata daripada pemandangan-pemandangan yang tak layak dipandang (maksiat). 

Wallahu ‘a’lam Bis Showab