Sabtu, 23 April 2016

Terima Kasih Dan Mohon Maaf...


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah serta salawat dan salam-Nya kepada Sang Junjungan, Sang Kinasih kita; Yang Terlahir Yatim, Yang Terlahir Miskin, Yang Terlahir Dalam Keadaan Bersujud yakni  Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam...

Tak terasa atau memang sengaja tak pernah merasa arus waktu telah menggiring usia memasuki pelbagai fenomena seperti gelombang ombak, pasang-surut, badai membahana atau hujan yang tak merindukan pelanglang di atap bumi dan masih banyak lagi fenomena yang belum usia hadapi. Ya belum. Usia tidak boleh bersantai-santai apalagi terpuruk di jurang kepedihan. Usia harus terus bergerak, maju; memasuki arus waktu serta tak gentar menghadapi segala fenomena duniawiyah.
Telah sampai usia pada jalan yang dibanggakan dan dipuji oleh para pejuang, gerilyawan, ulama, pemimpin dan para jiwa-jiwa yang sangat menghargai usia muda. Tapi sayang sungguh sayang, di usia ini saya tidak berbuat apa-apa yang berguna; manfaat dan malah mengacaukan apa-apa yang berguna perbuatan usia orang lain.
Telah saya baca, pelajari dan hafal lalu lupa hadits-hadist Nabi Muhammad nan bahasanya yang menyejukkan dan menyimpan banyak mutiara rahasia kehidupan di dunia dan akhirat. Pula petuah Syekh Mustofa Al-Ghulayni yang menggetarkan milyaran jiwa pemuda, nasehat luhur di kitab Taklim Muta’allim karya Imam Al-Zarnuji, bait-bait “Al-Mimmi” puisi Burdah yang penuh dengan kasih sayang dan pesan kehati-hatian karya Imam Al-Bushiri. “Sekedar membaca” Sumpah Pemuda juga telah saya baca, “Sekedar hafal” pancasila pun juga telah saya hafal, wasiat-wasiat Ir, Sukarno kepada para pemuda tanah air juga saya baca, yang saya peroleh dari internet. Telah juga saya pelajari buku-buku tentang NU, saya dengar berulang kali nasehat-nasehat KH Hasyim Asy’ari walau tidak mendengar langsung dari lisan beliau. Tapi.

“Apa saja yang telah saya lakukan hingga di usia ini? lantaran diri sendiri masih sering lengah dan tak peka dengan keadaan sekitar?”

Setiap ulang tahun saya merasa dilema. Bahagia karena telah begitu banyak nikmat Tuhan yang saya terima atau gundah karena nikmat Tuhan yang tak terhitung saya sia-siakan hingga kini?.
***
Terima kasih kepada para kekasih yang selalu mengasihi, mengasuh, “mengasah jiwa” dan raga  agar selalu tetap tegar, sabar, awas diri dan lincah aksi. Terima kasih untuk hitungan yang tak bisa dibilangankan, terima kasih untuk huruf hija’iyah yang tersusun sahih dan dilisankan fasih, terima kasih untuk huruf alfabet terbaca yang telah membuka fikiran dan jiwa, terima kasih untuk rupiah yang tak bisa dinominalkan, terima kasih untuk setiap embusan napas dan tetes darah yang tak pernah tergantikan balasannya. Terima kasih untuk doa-doa indah yang menjelma kupu-kupu cantik di pagi hingga sore hari, Terima kasih untuk doa-doa yang hanya di ketahui oleh penghuni langit,Terima kasih banyak...

Saya mohon maaf karena tidak bisa membalas semuanya satu-persatu, saya juga minta maaf karena belum menjawab pertanyaan-pertanyaan “Kapan Menyusul?” semuanya. : ))  

Saya juga sangat mohon maaf kepada Ibu; kekasih saya yang tiada duanya, bidadari nomer satu di dunia dan akhirat lantaran kemarin seusai berbuka puasa Rajab, saya belum menjawab hadiah berupa pertanyaan “Maukah kau bertunangan?”. : ))

Kullu Aamin, Wa Nahnu Bikhoirin... Aamiin