Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah serta salawat dan salam-Nya kepada Sang Junjungan, Sang Kinasih kita;
Yang Terlahir Yatim, Yang Terlahir Miskin, Yang Terlahir Dalam Keadaan Bersujud
yakni Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa
sallam...
Tak terasa atau memang sengaja
tak pernah merasa arus waktu telah menggiring usia memasuki pelbagai fenomena
seperti gelombang ombak, pasang-surut, badai membahana atau hujan yang tak
merindukan pelanglang di atap bumi dan masih banyak lagi fenomena yang belum
usia hadapi. Ya belum. Usia tidak boleh bersantai-santai apalagi terpuruk di
jurang kepedihan. Usia harus terus bergerak, maju; memasuki arus waktu serta tak
gentar menghadapi segala fenomena duniawiyah.
Telah sampai usia pada jalan yang
dibanggakan dan dipuji oleh para pejuang, gerilyawan, ulama, pemimpin dan para
jiwa-jiwa yang sangat menghargai usia muda. Tapi sayang sungguh sayang, di usia
ini saya tidak berbuat apa-apa yang berguna; manfaat dan malah mengacaukan
apa-apa yang berguna perbuatan usia orang lain.
Telah saya baca, pelajari dan hafal
lalu lupa hadits-hadist Nabi Muhammad nan bahasanya yang menyejukkan dan menyimpan
banyak mutiara rahasia kehidupan di dunia dan akhirat. Pula petuah Syekh Mustofa
Al-Ghulayni yang menggetarkan milyaran jiwa pemuda, nasehat luhur di kitab
Taklim Muta’allim karya Imam Al-Zarnuji, bait-bait “Al-Mimmi” puisi Burdah yang
penuh dengan kasih sayang dan pesan kehati-hatian karya Imam Al-Bushiri. “Sekedar
membaca” Sumpah Pemuda juga telah saya baca, “Sekedar hafal” pancasila pun juga
telah saya hafal, wasiat-wasiat Ir, Sukarno kepada para pemuda tanah air juga
saya baca, yang saya peroleh dari internet. Telah juga saya pelajari buku-buku
tentang NU, saya dengar berulang kali nasehat-nasehat KH Hasyim Asy’ari walau tidak
mendengar langsung dari lisan beliau. Tapi.
“Apa saja yang telah saya lakukan hingga di usia ini? lantaran diri sendiri masih sering lengah dan tak peka dengan keadaan sekitar?”
Setiap ulang tahun saya merasa
dilema. Bahagia karena telah begitu banyak nikmat Tuhan yang saya terima atau
gundah karena nikmat Tuhan yang tak terhitung saya sia-siakan hingga kini?.
***
Terima kasih kepada para kekasih
yang selalu mengasihi, mengasuh, “mengasah jiwa” dan raga agar selalu tetap tegar, sabar, awas diri dan
lincah aksi. Terima kasih untuk hitungan yang tak bisa dibilangankan, terima
kasih untuk huruf hija’iyah yang tersusun sahih dan dilisankan fasih, terima
kasih untuk huruf alfabet terbaca yang telah membuka fikiran dan jiwa, terima
kasih untuk rupiah yang tak bisa dinominalkan, terima kasih untuk setiap
embusan napas dan tetes darah yang tak pernah tergantikan balasannya. Terima
kasih untuk doa-doa indah yang menjelma kupu-kupu cantik di pagi hingga sore
hari, Terima kasih untuk doa-doa yang hanya di ketahui oleh penghuni langit,Terima
kasih banyak...
Saya mohon maaf karena tidak bisa
membalas semuanya satu-persatu, saya juga minta maaf karena belum menjawab
pertanyaan-pertanyaan “Kapan Menyusul?” semuanya. : ))
Saya juga sangat mohon maaf
kepada Ibu; kekasih saya yang tiada duanya, bidadari nomer satu di dunia dan
akhirat lantaran kemarin seusai berbuka puasa Rajab, saya belum menjawab hadiah
berupa pertanyaan “Maukah kau bertunangan?”. : ))
Kullu Aamin, Wa Nahnu
Bikhoirin... Aamiin